Rabu, 05 Maret 2014

Haruskah Kami Hancur

      Pertengkaran ini terasa sudah tak asing lagi. Bukan satu atau dua gelas yang terbang tak tentu arah. Terkadang harus ada si kecil nan tajam yang membuahkan cairan berwarna merah kental. Adikku memeluk erat tubuhku. Bibirnya bergetar hebat. Ia menahan tangis, tatkala pertengkaran itu sampai ke puncaknya. Ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah. Mungkin benang merah harus putus di tengah jalan. Tetesan air mengetuk pintu sudut kelopak mataku. Aku tak mengerti mengapa harus seperti ini akhirnya. Masa depan kami dipertanyakan. Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini? Kami korban perceraian diambang kehancuran. Tak tahu harus pulang pada siapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar