Minggu, 22 Juni 2014

Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta


Di sini pernah ada rasa simpati
Di sini pernah ada rasa mengagumi
Rasa ingin memilikimu
Memasukkanmu ke dalam hati ini
Menjadi penghuni...

Mencoba berlindung di balik fitrahnya hati
Untuk mencari pembenaran diri
Namun ternyata semua hanya permainan nafsu
Untuk memburu cinta yang semu
Aku...tertipu

Tuhanku, berikanku cinta
Yang kau titipkan
Bukan cinta yang pernah kutanam 2x

Aku ingin rasa cinta ini
Masih menjadi cinta perawan
Cinta yang hanya aku berikan
Saat ijab qabul telah tertunaikan 2x

(Musik)

Tuhanku berikanku cinta yang kau titipkan
Bukan cinta yang pernah kutanam 5x

Pada seseorang..pada seseorang...
Pada seseorang

Kamis, 19 Juni 2014

Sepatah Harapanku

Allah, terima kasih telah Kau titipkan perasaan ini
TanpaMu, aku tak kuasa menahan deburan rasa
TanpaMu, aku tak sanggup menahan rindu
Namun, ayat-ayatMu menguatkanku
Kau mantapkan hati ini

Allah, terima kasih
Kau telah mengirimkan seseorang yang kucintai dan mencintaiku

Allah, aku tak tahu, apakah ini hanya sesaat atau selamanya
Yang kutahu, waktu kan jawab semuanya

Allah, jangan sampai rasa ini membuatku berpaling dariMu
Bantu aku mengokohkan pondasi cinta ini karenaMu
Biarkan aku merasakan rindu dengan wajar
Ridhoi kami Yaa Allah
Tuntun kami menuju JannahMu dengan jalan yang benar

Jangan pertemukan kami jika hanya mendatangkan madharat
Istimewakan kami dalam hati masing-masing

Jika kami tak bisa bersatu, lapangkanlah dada ini
Biarkan kami bersatu dengan yang lain
Tanpa menyimpan dendam dalam hati
Tanpa menyakiti hati yang lain
Bersihkan hati kami, Yaa Rabbana...

Yaa Muqallibal Quluub, tsabbit qalbi 'alaa diinika...

Minggu, 15 Juni 2014

Bapak

Pak, apa kau tak lelah mengayuh sepedamu? Setiap hari kau harus berangkat kerja menggunakan kendaraan beroda dua itu. Padahal usiamu sudah hampir kepala lima.
Pak, apa kakimu masih kuat? Satu jam penuh kau harus rela mengerahkan seluruh tenagamu demi aku, ibu dan adikku.
Bagaimana pekerjaanmu di sana? Aku ingin sekali melihat perjuanganmu untuk mendapatkan pundi-pundi uang. Agar aku bisa bersekolah, agar adikku bisa membeli seragam, dan agar ibu dapat membeli beras.
Pak, kulit keriputmu semakin terlihat, kau semakin tua, Pak. Apa kau tak ingin beristirahat walau sebentar?
Pak, rambut putihmu mulai tumbuh. Apa kau akan menjadi seorang kakek-kakek?
Pak, aku rindu bercerita denganmu. Semenjak aku menjadi siswa SMK, aku jarang bercerita lagi padamu. Bukankah dulu kita sering habiskan waktu bersama di rumah? Bersama ibu, adik, dan kakak?
Pak, aku rindu shalat berjamaah denganmu. Bukankah dulu kita sering berjamaah?
Pak, apa kau pernah marah padaku? Yang aku tahu, kau selalu tersenyum, melihat nilaiku yang kurang memuaskan.
Pak, apa kau tidak letih, apa kau tidak bosan, bekerja banting tulang demi kami?
Senyum ketirmu, begitu mengiris, pilu. Tatkala yang lain meremehkanmu, aku bangga padamu. Kau ciptakan cinta di dalam keluarga. Kau selalu berusaha tegar saat dunia mencoba merobohkan semangatmu. Kau ajarkan aku shalat, kau ajarkan aku adab yang baik, kau ajarkan aku segalanya. Apa yang bisa kuperbuat untuk menggantikan semua peluh yang telah menetes itu?
Pak, aku selalu ingin menangis saat melihatmu tertidur. Bagaimana jika mata itu tak bisa terbuka lagi? Bagaimana jika tangan itu tak bisa kucium lagi? Bagaimana jika tubuh itu tak bisa kupeluk lagi? Bagaimana jika senyum itu tak dapat kulihat lagi? Meskipun surga ada di telapak kaki ibu, aku tetap menghormati dan aku bangga pada Bapak.
Pak, aku mencintaimu karena Allah.
Semoga Dia memberiku waktu agar dapat membuatmu bahagia.

Sabtu, 14 Juni 2014

Untuk...Yang Terkasih

Kasih...
Aku sering melukis senyummu
Meski sebatas khayalan
Aku sering membayangkan peluhmu
yang terjatuh demi menghidupiku
Aku sering membayangkan tangismu
Ketika kau mulai tak sanggup menghadapi kerasnya hidup

Kasih...
Maafkan aku
Aku pernah melupakanmu
Membiarkan yang lain singgah di dalam hatiku
Tak sadar, jika suatu hari kau kan datang
Menjemputku untuk bersama meraih Jannah-Nya

Kasih...
Siluet amarahmu pernah terlintas di benakku
Jika suatu saat masa laluku terkoyak kembali
Terbuka bersama waktu yang telah berlalu
Maafkan aku yang tak bisa menjaga diri

Bayang fatamorganamu menggoyahkanku
Membuatku tak sabar menantimu
Membuatku letih untuk bertahan dalam kesendirian ini
Kuharap kau tak lelah mencariku
Kasih...
Aku akan berubah untukNya
Memintamu padaNya
Mencarimu karenaNya

Nantikanku..
Imam masa depanku...

Rindu?

Bismillah.

Kau tahu rindu? Ya, perasaan abstrak itu....abu-abu.
Kau pernah merasakannya?
Seringkali manusia diliputi perasaan rindu. Rindu bertemu dengan Rabbnya, rindu bertemu dengan Rasulullah, rindu pada kedua orang tua, pada sahabat, bahkan pada lawan jenisnya.
Tak usah menggerutu, saat rindu itu mulai menghampirimu. Bersyukurlah, berarti hatimu tidak beku, tidak dingin seperti es batu. Nikmatilah episode-episode rindumu. Kelak, saat sampai di titik klimaks rindu, kau akan menemukan jalan untuk mengakhirinya. Allah yang akan membolak-balikkan hatimu. Dia-lah yang menghendaki apakah rindu itu harus kau rasakan selalu, atau hanya sepotong dari kisah hidupmu.

Pernah bertemu, pernah mengenal, apalagi dengan waktu yang cukup lama. Dengan mudahnya, kau pasti bisa merasakan rindu.
Tapi, tak pernah bertemu, tak pernah bertegur sapa, tapi bisa merasakan rindu? Memangnya bisa? Tentu bisa! Apa kau pernah bertemu dengan Baginda Rasul? Menurutku, belum pernah. Tapi, rindu ingin bertemu dengannya begitu besar.

Tak pernah bertemu, tak pernah mengenal, apalagi bertegur sapa. Kenal saja tidak...
Apakah kau tahu jodohmu yang mana? Yang tinggikah? Yang berkulit putihkah? Yang bermata sipit atau bermata lebar? Lantas, apakah kau pernah bertemu dengannya, lalu menegurnya dengan kalimat, "Hai, jodohku? Kau jangan selingkuh, ya! Aku kan jodohmu." It's so impossible!
Untuk saat ini, hanya Allah-lah yang mengetahui siapa jodohmu. Dan kau hanya bisa merindukannya, menantinya, menunggunya agar segera menjemputmu. Kau pernah merasakan rindu itu? Dan bagaimana rasanya? Perihkah? Sakit? Atau bahkan sampai menyiksamu?

Saat merasakan rindu yang menyakitkan itu, tiada hal yang lebih baik daripada berkhalwat (berdua-duaan) dengan Allah. Bermesraan dengan Allah, dan bercerita pada-Nya. Hanya kau dan Allah saja yang tahu. Kau ingin tahu seberapa nikmatkah hal itu? Tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Allah menciptakan rindu bukan untuk disesali, tapi untuk ditafakuri. Jadikan rindu ini sebagai jalanmu untuk mendekati-Nya. Bukan mendekati dia yang belum halal!

Jika rindu boleh terucap saat ini, mungkin kelak telinga ini sudah tak asing lagi mendengarnya.
Jika perasaan sayang ini boleh diumbar-umbar sekarang, mungkin dua atau tiga tahun lagi, hati akan segera berkarat.
Semua ada waktunya.
Biarkan rindu ini menggebu-gebu dalam hati. Mengungkapkan perasaan memang tidak salah, tapi merindukannya dalam diam mungkin lebih baik. Tak ada yang salah dalam cinta atau pun rindu, karena itu merupakan fitrahnya manusia, tinggal bagaimana cara kita menghadapi perasaan tersebut. Wallahu a'lam.

Alhamdulillah.

Minggu, 08 Juni 2014

Mimpi?

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Mimpi, cita-cita, harapan, dan keinginan. Setiap orang pasti memiliki semua itu. Anda pun pasti, kan? Alhamdulillah. Berarti Anda masih peduli dengan masa depan Anda kelak.
Jangan biarkan mimpi Anda menjadi debu atau hanya sekadar mimpi. Tak ada pintu tanpa kunci, dan setiap mimpi, pasti memiliki segudang cara untuk mewujudkannya.
Jika Anda mempunyai sebuah mimpi, berjuanglah! Wujudkanlah mimpimu! Caranya? Berdoalah kepada Allah, Tuhan Semesta Alam. Lalu, berusahalah semaksimal mungkin agar mimpimu menjadi nyata. Dan yang terakhir, bertawakkal padaNYA. Serahkanlah hasilnya pada Allah. Dia melihat proses dari usahamu.
Namun, tak semua mimpi menjadi kenyataan. Bisa saja yang Anda inginkan itu tidak baik untuk Anda. Allah sangat tahu yang terbaik untuk Anda, Dia lebih tahu apa yang Anda butuhkan.
Berjuanglah di jalan yang diridhoiNYA. Insya Allah, kunci yang Anda cari akan segera Anda dapatkan.
Bersabarlah, teruslah berjuang, jangan pernah berputus asa.
Wallahu a'lam..
Alhamdulillaahirobbil 'aalamiin

Sabtu, 07 Juni 2014

Siapa Bilang Pacaran Haram?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Siapa Bilang Pacaran Haram ??

Oleh : Aditya Budiman
Segala puji hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya kepadaNya kita memuji, meminta tolong, memohon ampunan, bertaubat dan memohon perlindungan atas kejelekan-kejelekan diri dan amal-amal yang buruk. Barangsiapa yang diberi Allah petunjuk maka tidak ada yang dapat menyesesatkannya dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tidak ada yang dapat memberikannya hidayah taufik. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan tiada sekutu baginya. Aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hambaNya dan UtusanNya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya dan para sahabatnya ridwanulloh ‘alaihim jami’an.
Adalah suatu hal yang telah menyebar luas dikalangan masyarakat sebuah kebiasaan yang terlarang dalam islam namun sadar tak sadar telah menjadi suatu hal yang sangat sering kita lihat bahkan sebahagian orang menganggapnya adalah suatu hal yang boleh-boleh saja, kebiasan tersebut adalah apa yang disebut sebagai pacaran. Oleh karena itu maka penulis mencoba untuk memaparkan sedikit tinjauan islam tentang hal ini dengan harapan penulis dan pembaca sekalian dapat memahami bagaimana islam memandang pacaran serta kemudian dapat menjauhinya.
Pacaran yang dikenal secara umum adalah suatu jalinan hubungan cinta kasih antara dua orang yang berbeda jenis yang bukan mahrom dengan anggapan sebagai persiapan untuk saling mengenal sebelum akhirnya menikah[1].
Inilah mungkin definisi pacaran yang banyak tersebar dikalangan muda-mudi. Maka atas dasar inilah kebanyakan orang menganggap bahwa hal ini adalah suatu yang boleh-boleh saja, bahkan lebih parahnya lagi dianggap aneh kalau menikah tanpa pacaran terlebih dahulu –wal ‘iyyadzubillah –. Lalu jika demikian bagaimanakah tinjauan islam tentang hal ini? Berikut penulis coba jelaskan sedikit kepada pembaca –sesuai dengan ilmu yang sampai kepada penulis– bagaimana islam memandang pacaran.
Pacaran adalah suatu yang sudah jelas keharamannya dalam islam, dalil tentang hal ini banyak sekali diantaranya adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla :
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan”. (Al Isra’ [17] : 32).
Ayat ini adalah dalil tegas yang menunjukkan haramnya pacaran.
Berkaitan dengan ayat ini seorang ahli tafsir Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah- mengatakan dalam tafsirnya,
Larangan mendekati suatu perbuatan nilainya lebih daripada semata-mata larangan melakukan suatu perbuatan karena larangan mendekati suatu perbuatan mencakup larangan seluruh hal yang dapat menjadi pembuka/jalan dan dorongan untuk melakukan perbuatan yang dilarang”.
Kemudian Beliau –rahimahullah- menambahkan sebuah kaidah yang penting dalam hal ini,
Barangsiapa yang mendekati suatu perbuatan yang terlarang maka dikhawatirkan dia terjatuh pada suatu yang dilarang[2].
Hal senada juga sebelumnya dikatakan penulis Tafsir Jalalain demikian juga Asy Syaukanirahimahullah- namun Beliau menambahkan, “Jika suatu yang haram itu telah dilarang maka jalan menuju keharaman tersebut juga dilarang dengan melihat maksud pembicaran[3]. Bahkan diakatakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaiminrahimahullah-,termasuk dalam ayat ini larangan melihat wanita yang bukan istrinya (yang tidak halal baginya, pen.), mendengarkan suaranya, menyentuhnya, sama saja apakah ketika itu dia sengaja untuk bersenang-senang dengannya ataupun tidak”[4]. Dari penjelasan para ulama ini jelaslah bahwa pacaran dalam islam hukumnya haram karena pacaran termasuk dalam perkara menuju zina yang Allah haramkan ummat nabiNya untuk mendekatinya.
Jika ada yang mengatakan bahwa pacaran belumlah dapat dikatakan sebagai perbuatan menuju zina, maka kita katakan kepadanya bukankah orang yang paling tahu tentang perkara yang dapat mendekatkan ummatnya ke surga dan menjauhkannya dari api neraka telah mengatakan :
وَ احْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ وَ غَضُّوْا أَبْصَارَكُمْ وَ كَفُّوْا أَيْدِيَكُمْ
Jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan-pandangan kalian dan tahanlah tangan-tangan kalian”.[5]
Dalam hadits yang mulia ini terdapat perintah untuk menundukkan pandangan dan
hukum asal dari suatu perintah baik itu perintah Allah ‘Azza wa Jalla ataupun perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dan adanya tunututan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan dengan segera[6].
Maka jelaslah bahwa pacaran adalah suatu yang diharamkan dalam islam.
Kemudian jika ada yang mengatakan kalau seandainya pacaran tidak dibolehkan maka bagaimanakah dua orang insan bisa menikah padahal mereka belum saling kenal?
Maka kita katakan pada orang yang beralasan demikian dengan jawaban yang singkat namun tegas bukankah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik petunjuk? Bukankah Beliau adalah orang yang paling kasih kepada ummatnya tidak memberikan petunjuk yang demikian? Firman Allah ‘Azza wa Jalla,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, amt berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (At Taubah [9] : 128).
Kata حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ pada ayat di atas ditafsirkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dirahimahullah- berarti bahwa, “Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang mencintai kebaikan kepada kita ummatnya, mengerahkan seluruh kesungguhannya dalam rangka menyampaikan kebaikan kepada mereka, bersemangat untuk dapat memberikan hidayah (irsyad, pent.) berupa iman kepada mereka, tidak suka jika kejelekan menimpa mereka dan menegerahkan seluruh usahanya untuk menjauhkan mereka dari kejelekan[7]. Dengan demikian ayat di atas jelas menunjukkan bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling kasih pada ummatnya dan paling menginginkan kebaikan untuk mereka namun Beliau tidaklah mengajarkan kepada ummatnya yang demikian. Simak pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِىٌّ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ
Sesungguhnya tidak ada Nabi sebelumku kecuali wajib baginya menunjukkan kepada umatnya kebaikan yang dia ketahui untuk umatnya, dan mengingatkan semua kejelekan yang dia ketahui bagi umatnya…”.[8]
Maka hendak kemanakah lari orang yang berpendapat kalau seandainya pacaran tidak dibolehkan maka bagaimanakah dua orang insan bisa menikah padahal mereka belum saling kenal? Bukankah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan dan mempraktekkan bagaimana tatacara menuju pernikahan? Apakah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan kepada kita  cara mencari pasangan hidup dengan pacaran? Wahai pengikut hawa nafsu hendak kemanakah lagi engkau palingkan sesuatu yang telah jelas dan gamblang ini ??!!!
Kalau seandainya yang demikian dapat mengantarkan kepada kebaikan tentulah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkannya kepada kita.
Sebagai penutup kami nukilkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang posisi shaf laki-laki dan perempuan dalam sholat, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan :
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama, sejelek-jeleknya adalah yang paling akhir dan Sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling akhir, sejelek-jeleknya adalah adalah yang paling awal”.[9]
Maka renungkan wahai saudaraku
apakah lebih layak orang –bukan suami istri­­– yang tidak sedang dalam keadaan beribadah kepada Allah untuk berdekatan, berdua-duan dan bermesra-mesraan serta merasa aman dari perbuatan menuju zina padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia mengatakan yang demikian !!!??
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan :
ما نَهَيتُكُمْ عَنْهُ ، فاجْتَنِبوهُ
“Semua perkara yang aku larang maka jauhilah[10]
Allahu Ta’ala a’lam bish showaab, mudah-mudahan yang sedikit ini dapat menjadi renungan bagi orang-orang yang masih melakukannya dan bagi kita yang tidak mudah-mudahan Allah jaga anak keturunan kita darinya.


Menjelang malam, 17 Jumadi Tsaniyah 1430/11 Juni 2009.


Abu Halim Budi bin Usman As Sigambali
Yang selalu mengharap ampunan Robbnya

[1] Jika tujuannya seperti ini saja terlarang bagaimana jika tidak dengan tujuan yang demikian semisal hanya ingin berbagi rasa duka dan bahagia ??!! Tentulah hukumnya lebih layak untuk dikatakan haram. [2] Lihat Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalaamil Mannan hal. 431 terbitan Dar Ibnu Hazm Beirut, Libanon.
[3] Lihat Fathul Qodhir hal. 258, terbitan Maktabah Syamilah.
[4] Lihat Syarh Al Kabair hal. 60 terbitan Darul Kutub Al Ilmiyah, Beirut, Lebanon.
[5] HR. Ibnu Khuzaimah no. 91/III, Ibnu Hibban no. 107, Al Hakim no. 358-359/IV, Ahmad no. 323/V, Thobroni no. 49/I dan Baihaqi no. 47/II, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1525.
[6] Lihat Ushul Min Ilmi Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin –rahimahullah- hal. 24 terbitan Darul Aqidah Iskandariyah, Mesir.
[7] Lihat Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalaamil Mannan hal. 334 terbitan Dar Ibnu Hazm Beirut, Libanon.
[8] HR. Muslim no. 1844 dari jalan Ibnu Amr radhiyallahu ‘anhu.
[9] HR. Muslim no. 132 dan lain-lain.
[10] HR. Bukhori no. 7288, Muslim no. 1337.

 Sumber : http://alhijroh.com/adab-akhlak/siapa-bilang-pacaran-haram/