Minggu, 24 Agustus 2014

Surat Abstrak dibalut Rindu

Bismillah

Assalamu'alaikum, Yaa Habibi.
Bagaimana kabarmu di sana? Maafkan aku, karena aku merindukanmu.
Kau tahu? Air mataku tak sengaja jatuh karena mengingatmu.

Ya, aku tahu, kau pasti tidak ingin melihatku menangis. Tapi apalah dayaku, Sayang? Rindu ini sungguh sangat menyesakkan. Aku juga tidak ingin noktah-noktah rindu itu mengotori hatiku yang seharusnya hanya untuk-Nya, HANYA UNTUK-NYA...
Tapi sungguh, aku tak bisa menyembunyikan gemuruh rindu ini.

Kucoba mengambil air wudu, lalu menghadap-Nya. Berharap rindu ini sedikit mereda, tapi tangis karena rindu itu malah semakin menjadi. Maafkan aku...
Siapalah yang harus bertanggung jawab atas rindu ini. Untuk bertemu saja, kita belum mampu, belum cukup kuat.
Kupupuk rindu ini dengan doa-doa yang selalu kusampaikan pada-Nya, untukmu, Sayang. Apa kau juga begitu? Apa kau juga selalu mendoakanku? Apa kau juga selalu merindukanku?
Ana musytaq ilaika, Yaa Habibi :'(

Aku tak bisa mengatakannya langsung, maka kutulislah kalimat demi kalimat untuk mengungkapkan rasa rindu ini. Karena hanya inilah yang dapat kulakukan untuk meminimalisir rasa rinduku.
Untukmu yang entah di mana, semoga Allaah selalu menjagamu, meridhai segala urusanmu, dan semoga dirimu selalu mengingat-Nya.
Jangan lupakan aku, perjuangkan aku. Kunantikan dirimu di batas waktu.

Salam rindu, dariku, masa depanmu.

Wassalamu'alaikum. <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar