Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum wr wb.
Allahumma shalli ‘ala
sayyidina Muhammad wa ‘alaa ali sayyidina Muhammad. Allahumma yassir wa laa
tuassir. Aamiin.
Alhamdulillah, salah
satu catatan saya untuk memenuhi blog ini pun rampung sudah. Selamat membaca ^^
***
“Satu-satu, daun-daun, berguguran
tinggalkan tangkainya…”
Sepenggal lirik lagu lawas
yang saya tuliskan ini, sudah lama tak terdengar. Tiba-tiba saja, saya teringat
lagu ini. Bukan hanya karena saya rindu masa kecil saya, tetapi, karena
perlahan, sahabat-sahabat saya mulai berguguran. Ambigu, ya? Berguguran di sini
bukan berguguran mati karena perang seperti Israel dan Palestina, tapi, mereka
berguguran mati karena kalah perang melawan nafsunya. Mungkin dalam tulisan
saya ini akan ada yang tersinggung. Maafkan saya.
Dulu, kami –saya dan sahabat-sahabat saya—
mempunyai prinsip yang sama. Kalau zaman sekarang sih biasa dibilang “Jomblo
Sampai Sah dan Halal” atau biasa disingkat “JOSSH”. Kami memupuk perasaan ini
dan meluruskannya agar tidak menjadi salah. Tak ubahnya seperti remaja lain. Meski
berprinsip seperti itu, kami juga manusia, bisa jatuh cinta. Hanya saja, kami
tak menyalurkan cinta ini ke jalan yang “mungkin” Allaah tak suka (baca:
pacaran).
Bukan satu atau dua cara yang syetan
lakukan untuk membujuk kami. Dimulai dari cara yang lumrah, sampai cara yang
islami seperti membangunkan untuk sahur, tahajjud, mengingatkan shalat, dan
masih banyak lagi. Ternyata syetan pun terselip di sana. Ada debar rasa dalam
hati, menganggap dirinyalah yang paling shalih/shalihah. Tak sadar, hal itu
dapat mengurangi niat beribadah karena Allaah, juga dapat mengotori hati. Ya
mungkin harus disapu, dipel atau direnovasi hatinya… -_- Salah fokus. Oke maaf,
ini bukan rumah, ya?
Tak sedikit aktivis-aktivis dakwah yang
dulunya menolak PACARAN, pada akhirnya termakan oleh kata-katanya sendiri.
Tidak! Mereka bukan munafik! Saya tekankan, BUKAN MUNAFIK! Mereka sedang diuji,
dan rekan seperjuangan mereka pun sedang diuji. Bukan maksud saya untuk membela
mereka. Karena jujur, saya sendiri tak rela melihat sobat karib dunia akhirat
saya harus masuk ke dalam jurang kemaksiatan.
Saya merasa gagal menjadi seorang teman.
Saya memang ada hak untuk marah, tapi, siapalah saya? Perkataan orang yang
munafik seperti saya ini, jarang ada yang mau mendengarkan. Saya hanya bisa
mengajak, mengajak dan mengajak orang lain. Diri sendiri saja masih berjalan
merangkak untuk kembali ke jalan-Nya. Tapi, biarlah. Biarlah ajakan ini menjadi
motivasi untuk diri saya juga.
Satu persatu sobat saya, menghalalkan
aktivitas itu. “Daun-daun berguguran
tinggalkan tangkainya.” Manusia-manusia itu diibaratkan sebagai sehelai
daun, dan prinsip mereka adalah tangkainya. Maka, benarlah lagu tersebut, daun-daun itu berguguran tinggalkan tangkainya. Manusia-manusia itu
tak kuat, belum cukup mampu mempertahankan prinsipnya.
GALAU. Hanya kata itulah yang mampu
mengekspresikan hati saya saat ini. Bagaimana nanti jika Allaah bertanya di Yaumul
Hisab? Apa yang akan saya jawab? Bagaimana nasib laporan pertanggungjawaban
saya kelak, jika saya asyik beribadah, sedangkan teman saya dibiarkan melakukan
maksiat? Dibiarkan bersentuhan tangan dengan non-mahramnya, menatapnya dengan
penuh nafsu, dan aaahh masih banyak lagilah. Jahat sekali saya ini, Yaa Robb L
Ampuni diri ini….
Apalah yang bisa kulakukan selain memohon
pada-Nya? Memohon untuk kesadaran rekan-rekan saya. Karena apapun yang saya
katakan, apapun yang saya lakukan, jika Allaah tak ingin memberi hidayah,
sekuat apapun dalil dan alasan saya, tak akanlah hati mereka bergerak untuk
kembali memperbaiki diri.
Meski begitu, saya tak ingin menyerah.
Terkadang saya menyelinap di balik hubungan mereka. Saat mereka bertengkar
dengan ‘kekasih belum halal’nya, saya hadir untuk menjadi pendengar setia.
Terkadang sakit sekali, sakit yang menyayat hati, jiwa, dan raga *okeinilebay*.
Dan disitulah saya beraksi. Ujung-ujungnya saya katakan, “Tuhkaaaan, cowok mah
emang gitu. Itutuh kode ingin putus, bosen sama kamu. Udah, udahan aja,” meski kata-kata
itu hanya masuk ke telinga kanan lalu keluar telinga kiri, yaa tak apalah. Yang
penting saya sudah mengingatkan. Karena yang salah itu adalah membiarkan suatu
kemaksiatan tetap berjalan, dengan sepengetahuan kita. Bisa dibilang pura-pura
buta, pura-pura tuli, pura-pura gagu, dan masih banyak kepura-puraan itu. Tanpa
disadari, kita sudah bersikap apatis terhadap orang-orang terkasih. Bukankah indah,
jika kita nanti dapat berkumpul di Jannah-Nya?
Hmm…ternyata bukan hanya teman penulis
blog ini saja yang mengalami hal yang serupa. Penulisnya –saya sendiri— pun
sering terkena demam cinta, akibat virus merah jambu yang seringkali menyerang
daya tahan iman saya. Namanya juga manusia. Setingkat ulama, ustadz, dan tokoh
agama terkemuka pun, pasti pernah berbuat kesalahan. Dan setiap harinya harus
dibasmi oleh nasihat-nasihat dari Yang Maha Segalanya, dengan cara membaca
kalimat-kalimat indah-Nya. Semua termaktub dalam Al-Qur’anul kariim. Insya
Allaah, hati merasa lebih tenang.
Ingat, kalau ada apa-apa, bilang sama
Allaah, ngadu sama Allaah. Kalau mau apa-apa, mintanya sama Allaah, berdoa sama
Allaah, nanti Allaah beri jalan, Allaah beri perantara. Seperti mendapatkan
sesuatu dari seseorang, uang dari orang tua, udara yang bebas dan gratis di
bumi, matahari yang bersinar menghangatkan badan, kalau bukan Allaah yang memberi semua ini,
lantas siapa lagi? Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan?
Jadi, saat saya kecewa pada hati saya,
pada rekan saya, daripada terus menyimpan kecewa, apalagi yang lebih baik
daripada mendoakannya dengan tulus dan ikhlas? Karena hanya Allaah lah Maha
Pembolak-balik hati. Maka, janganlah men-judge
seseorang dari masa lalunya yang kelam. Siapa yang tahu bila suatu saat nanti
orang tersebut akan menjadi kekasih Allaah? Kekasih yang dirindukan syurga, dan
kekasih yang dicari-cari oleh para malaikat.
Tetap doakan rekan yang sedang diuji. Semoga
Allaah menggerakkan hatinya untuk segera bertaubat, taubatan nasuha. Dan doakan
juga untuk saya, semoga Allaah selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan
semoga prinsip saya ini dapat saya pertahankan. Aamiin, semoga doa kalian untuk
saya, dapat sekaligus mendoakan anda juga, insyaa Allaah. Maafkan saya jika
dalam tulisan ini terdapat banyak kesalahan yang membuat kalian tak nyaman. Saya
hanya manusia yang masih dan akan terus belajar. Terima kasih telah menyempatkan
untuk membaca tulisan ini.
Barakallaahu fiikum.
Wallahu a’lam bisshawaab.
Wassalamu’alaikum wr
wb.
Di kamar, 2-3 September
2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar