Sumber Foto: News.com. Lokasi: CK-PWI Jln Asia Afrika, Bandung. |
Bismillah
Assalamu’alaikum wr wb.
Allahumma shalli ‘alaa sayyidina
Muhammad wa’alaa alii sayyidina Muhammad.
Alhamdulillahirabbil’alamiin,
akhirnya selesai juga tulisan ini, dan kini sudah dapat dibaca oleh mata anda.
Saya
ingin berbagi cerita tentang kejadian Selasa lalu (19 Agustus 2014). Hari itu,
seperti biasa, saya tengah melaksanakan prakerin (Praktik Kerja Industri), demi
memenuhi tugas di SMK. Saya mendengar ponsel saya berdering, tanda pesan masuk.
Ternyata teman saya. Ia mengajak untuk menjenguk ketua organisasi yang masih
rekan saya juga, di salah satu Rumah Sakit Negeri di Bandung. Awalnya saya menolak,
dengan alasan prakerin. Tapi, akhirnya saya luluh juga karena saya pun rindu
pada ketua organisasi tersebut. Etsss, ketuanya wanita, ya. ehehe. Maka saya
pun mengiyakannya.
“Bilang
gak, ya, sama mamah? Duh, mana sore, takut dimarahin… tapi gak apa-apalah.
Bismillah, pasti boleh.” Perang pemikiran pun berlangsung. Dan saya selalu
ingat, ridha Allaah karena ridha orang tua. Meski sedikit was-was, saya tetap
meminta izin pada ibu saya, meskipun tak ada balasan. Mungkin sibuk.
Pukul
15.45 saya dipersilakan pulang oleh pembimbing perusahaan. Sinyal mulai
memburuk. Pesan yang saya kirim tidak sampai dengan selamat. Ya sudah, shalat ashar dulu.
Usai
melaksanakan shalat, ponsel saya masih seperti bangkai. Saya coba telepon lalu
saya matikan. Teman saya balik menelepon, lalu bertanya keberadaan saya.
Akhirnya, ia pun berangkat dari tempat dia bersemedi *apaan?* menuju tempat
magang saya.
Waktu
menunjukkan pukul 16.30. Saya menunggu
di pinggir jalan kantor. Duduk di dekat kolam yang tak ada ikannya, sambil
memasang headset dan mendengarkan
beberapa suara yang ada dalam ponsel.
Tiba-tiba,
ada yang bergetar di dalam, “Peruuuttt, kebiasaan!” badan saya selalu lemas ketika
menjelang maghrib. Mungkin butuh asupan tenaga dari makanan, yaa :D ekeke. Oke
lanjut. Kebetulan, eh gak ada yang kebetulan, ya? Ganti. Di sebelah kantor, ada
sebuah mini market yang biasa disebut Circle-K
atau CK. Saya pun langsung memburunya demi perut saya tercinta…
Sepotong
roti coklat seharga lima ribu lima ratus pun saya beli, untuk mengembalikan
tenaga dalam tubuh saya. Sedikit mahal, sih. Biasanya, harga roti sebesar itu
hanya seribu rupiah. Maklum, di kota… Sambil menunggu kembalian, saya melihat
orang-orang yang sedang menonton pertandingan Persib (saya lupa lawannya siapa
waktu itu) di ruangan sebelah. Circle-K,
selain menyediakan makanan, minuman dan barang lainnya, juga menyediakan tempat
untuk beristirahat. Lengkap dengan meja, kursi dan televisi.. Karena urusan
saya sudah selesai, saya pun keluar.
Tepat
di depan CK, ada tempat duduk yang terbuat dari semen. Saya pun diam dan duduk
di situ. Melahap roti tersebut dan menikmati setiap potong yang masuk ke dalam
mulut.
Sepuluh
menit berlalu dan roti saya belum habis. Datanglah empat siswi dengan motornya,
yang kelihatannya seusia dengan saya. Sambil menikmati roti, saya perhatikan
mereka. Ada yang masih berseragam lengkap, ada yang masih memakai rok abu
dengan kaos dan jaket, ada juga yang sudah memakai pakaian main. Mereka pun
masuk ke dalam CK.
Pukul
17.05 akhirnya teman saya DATANG, pemirsaaa. Setelah hampir satu jam saya
menunggu. Sampai-sampai tiga bis berjalan melewati pandangan, juga roti yang
sudah habis dengan waktu yang lama. Ya sudahlah, yang penting dia datang. Kami
pun segera pergi meninggalkan tempat itu menuju Rumah Sakit. Alhamdulillah
pergi dan pulang sampai rumah dengan selamat.
***
Keesokan
harinya, ketika sedang berjalan menuju kantor, saya kaget. Kenapa? Ada garis
polisi di depan CK yang kemarin saya tempati. Ada tawurankah? Pembunuhan? Atau ada apa???? Kaca-kaca pecah. Ada
lubang seperti bekas tembakan. Saya langsung menaikkan kecepatan kaki saya
untuk berjalan.
Sesampainya di
kantor, “Pak, itu ada apa? Pakai garis polisi segala?”
“Kan ambruk,
Neng. Jam setengah lima…” bapak itu pun berbicara dengan yang lain. Saya
langsung bergegas menuju ruangan untuk mencari informasi di koran. Ya, saya job di sebuah kantor pusat koran. Jadi,
di sana banyak koran. :3
Setelah saya baca,
ternyata kejadiannya tepat kemarin sore. Ada sumber yang mengatakan tepat pukul
16.30 itu terjadi, loh, saya masih di
sana atuh jam segitu mah? Lalu ada sumber lain yang mengatakan bahwa
bangunan itu ambruk pada pukul 17.15. Disebutkan ada delapan orang yang menjadi
korban. Namun, hanya luka ringan. Ya tetap saja sakit, kan? Dan katanya, ada
tiga remaja putri yang menjadi korban. Mereka dibawa ke klinik terdekat. Apa mungkin anak-anak yang kemarin saya
lihat?
Tak
henti-hentinya bibir ini bersyukur. Andaikata, saya masih di sana waktu itu,
mungkin pecahan kaca sudah menusuk wajah dan tubuh saya. Alhamdulillah.
Selesai. Etsss tunggu, jangan dulu tutup blognya. Mari kita ambil sisi
positifnya. Saya berpikir, bagaimana jika saya tidak meminta izin waktu itu,
apakah Allaah masih menyelamatkan saya dari pecahan kaca tersebut? Rentang
waktu saya berangkat ke RS dan kejadian ambruknya bangunan tersebut sangatlah
tipis. HANYA SEPULUH MENIT!!
Jangan pernah
meremehkan hal kecil, seperti meminta izin kepada orang tua. Meskipun niatnya
sudah baik, ingin menjenguk teman yang sakit, tapi jika orang tua tidak
mengizinkan, bisa saja waktu itu Allaah menegur saya dengan jatuhnya kepingan
kecil nan tajam itu. Saya tidak tahu, apakah siswi-siswi yang kemarin sudah
meminta izin atau belum. Ya, semoga saja sudah.
Dalam sebuah
hadits dikatakan, “Ridha Allaah berada di atas ridha orang tua, dan laknat
Allaah di atas laknat kedua orang tua.” (Buku
Indahnya Menjadi Muslimah Sukses, Cantik dan Berkarakter hal 192).
Terima kasih
telah meluangkan waktunya untuk membaca. Semoga dapat menjadi bahan renungan,
dan bermanfaat bagi saya dan Anda yang membacanya. Wallahu a’lam.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Alhamdulillah Allah masih sayang sama kamu Mel. Apa jadinya kalo kamu msh di CK? Jangan sampe Ikamadin sedih lagi. Udah cukup ah.
BalasHapus-Yoga-
Subhanallah :)
BalasHapusIya alhamdulillaah, Yog :') jangan sampeee :(
BalasHapusKang Ardi : Hehe :)